Kamis, 11 April 2013

INTROPEKSI DIRI LEBIH BAIK DARI PADA BANYAK BICARA AKHIRNYA FITNAH



Di daerah indonesia kita telah memiliki MUI (majlis Ulama Indonesi) Mereka adalah satu Majlis yang diakui dan dipercaya oleh Rakyat Indonesia. begitu juga KANDEPAG kantor departemen Agama begitu juga seterusnya KUA (Kantor Urusan Agama) Mereka Semua adalah Ulama/ustadz yang sangat bergelar dan diakui di Indonesia.

Tidakkah kita tau kita ini siapa? sekolah dimana dan belajar dimana? sudahkah cukup ilmu kita untuk menVonis seseorang itu sesat bahkan saling menuduh yang tidak benar lalu siapakah yang merasa benar????

jika umat islam satu diantaranya merasa benar lalu golongan manakah yang benar??
jika anda mnganggap golongan itu benar maka beramallah anda dan jangan sekali-sekali anda menuduh golongan lain tidak benar...!!! karena anda tidak memiliki haq dalam menghukum golongan lain salah apalagi sesat?

MUI : telah sepakat dengan seluruh Ulama Indonesia Bahwa AHMADIYAH adalah golongan yang sesat dan menyimpang dari agama islam sendiri maka dari golongan ini saja yang baru dikatakan sesat oleh Ulama kita dari golongan lain Ulama kita blom pernah mengeluarkan Fatwa. loh kok anda yang mengeluarkan Fatwa...!!!!!

Dizaman sekarang banyak sekali anak-anak kecil bahkan SD, orang awam dan yang pendidikannya masih minim sekali sudah bisa mengeluarkan Fatwanya masing-masing bahkan menyudutkan satu golongan islam baik itu IKHWANUL MUSLIMIN, MUHAMMADIYAH, SALAFIYAH, NU, MUJAHIDIN, ANSOR, TABLIGIYAH DAN MAJLIS TAKLIM LAINNYA THARIQOT, SULUK DAN TASAWUF sekarang bukan mnyedutkan lagi tapi mereka juga sudah berani MEnVOniskan Kafir. jika hal ini terjadi maka timbullah PERSENGKETAAN saling tuduh dan saling merasa benar.

Jangan Ada Suatu Golongan Memperolokkan Golongan Lain
Dalam ayat-ayat yang telah kami sebutkan terdahulu terdapat sejumlah hal yang dilarang oleh Allah, demi melindungi persaudaraan dan kehormatan manusia.

Larangan pertama. tentang memperolokkan orang lain. Oleh karena itu tidak halal seorang muslim yang mengenal Allah dan mengharapkan hidup bahagia di akhirat kelak, memperolokkan orang lain, atau menjadikan sementara orang sebagai objek permainan dan perolokannya. Sebab dalam hal ini ada unsur kesombongan yang tersembunyi dan penghinaan kepada orang lain, serta menunjukkan suatu kebodohannya tentang neraca kebajikan di sisi Allah. Justru itu Allah mengatakan: "Jangan ada suatu kaum memperolokkan kaum lain, sebab barangkali mereka yang diperolokkan itu lebih baik daripada mereka yang memperolokkan; dan jangan pula perempuan memperolokkan perempuan lain, sebab barangkali mereka yang diperolokkan itu lebih baik daripada mereka yang memperolokkan."

Firman Allah:

"Sesungguhnya orang-orang yang durhaka itu mentertawakan orang-orang yang beriman. Dan apabila mereka melalui mereka, mereka berlirik-lirikan. Dan apabila mereka kembali kepada keluarganya, mereka kembali dengan suka cita. Dan apabila mereka melihat mereka itu, mereka berkata: 'Sungguh mereka itu orang-orang yang sesat.' Padahal mereka itu tidak diutus untuk menjadi pengawal atas mereka. Oleh karena itu pada hari ini orang-orang mu'min akan mentertawakan orang-orang kafir itu." (al-Muthaffifin 29-34)

Jangan Mencela Diri-Diri Kamu
Larangan kedua: Tentang lumzun, yang menurut arti lughawi berarti: al-wakhzu (tusukan) dan ath-tha'nu (tikaman). Sedang lumzun yang dimaksud di sini ialah: 'aib (cacat). Jadi seolah-olah orang yang mencela orang lain, berarti menusuk orang tersebut dengan ketajaman pedangnya, atau menikam dengan hujung tombaknya.

Penafsiran ini tepat sekali. Bahkan kadang-kadang tikaman lidah justru lebih hebat. Seperti kata seorang penyair:

Luka karena tombak masih dapat diobati
Tetapi luka karena lidah berat untuk diperbaiki.
Bentuk larangan dalam ayat ini mempunyai suatu isyarat yang indah sekali.
Ayat tersebut mengatakan: laa talmizu anfusakum (jangan kamu mencela diri-diri kamu). Ini tidak berarti satu sama lain saling cela-mencela. Tetapi al-Quran menuturkan dengan jama'atul mu'minin, yang seolah-olah mereka itu satu tubuh. Sebab mereka itu secara keseluruhannya saling membantu dan menolong. Jadi barangsiapa mencela saudaranya, berarti sama dengan mencela dirinya sendiri. Karena dia itu dari dan untuk saudaranya.

Jangan Memberi Gelar dengan Gelar-Gelar yang Tidak Baik
Ketiga: Termasuk mencela yang diharamkan, ialah: memberi gelar dengan beberapa gelar yang tidak baik, yaitu suatu panggilan yang tidak layak dan tidak menyenangkan yang membawa kepada suatu bentuk penghinaan dan celaan.

Tidak layak seorang manusia berbuat jahat kepada kawannya. Dipanggilnya kawannya itu dengan gelar yang tidak menyenangkan bahkan menjengkelkan. Ini bisa menyebabkan berubahnya hati dan permusuhan sesama kawan serta menghilangkan jiwa kesopanan dan perasaan yang tinggi.

Su'uzh-Zhan (Berburuk Sangka)
Keempat: Islam menghendaki untuk menegakkan masyarakatnya dengan penuh kejernihan hati dan rasa percaya yang timbal balik; bukan penuh ragu dan bimbang, menuduh dan bersangka-sangka,

Untuk itu, maka datanglah ayat al-Quran membawakan keempat sikap yang diharamkan ini, demi melindungi kehormatan orang lain. Maka berfirmanlah Allah:

"Hai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak menyangka, karena sesungguhnya sebagian sangkaan itu berdosa." (al-Hujurat: 12)
Sangkaan yang berdosa, yaitu sangkaan yang buruk.

Oleh karena itu tidak halal seorang muslim berburuk sangka terhadap saudaranya, tanpa suatu alasan dan bukti yang jelas. Sebab manusia secara umum pada asalnya bersih. Oleh karena itu prasangka-prasangka tidak layak diketengahkan dalam arena kebersihan ini justru untuk menuduh. Sabda Nabi:

"Hati-hatilah kamu terhadap prasangka, karena sesungguhnya prasangka itu sedusta-dusta omongan." (Riwayat Bukhari)
Manusia karena kelemahan sifat kemanusiaannya, tidak dapat menerima prasangka dan tuduhan oleh sebagian manusia, lebih-lebih terhadap orang-orang yang tidak ada hubungan baik.

Oleh karena itu sikap yang harus ditempuh, dia harus tidak menerima tuduhan itu dan berjalan mengikuti suara nafsu tersebut.

Inilah makna hadis Nabi yang mengatakan:

"Kalau kamu akan menyangka, maka jangan kamu nyatakan." (Riwayat Thabarani)

Tajassus (Memata-matai)
Kelima: Tidak adanya kepercayaan terhadap orang lain, menyebabkan seseorang untuk melakukan perbuatan batin yang disebut su'uzh-zhan dan melakukan perbuatan badan yang berbentuk tajassus. Sedang Islam bertujuan menegakkan masyarakatnya dalam situasi bersih lahir dan batin. Oleh karena itu larangan bertajassus ini dibarengi dengan larangan su'uzh-zhan (berburuk sangka). Dan banyak sekali su'uzh-zhan ini terjadi karena adanya tajassus.

Setiap manusia mempunyai kehormatan diri yang tidak boleh dinodai dengan tajassus dan diselidiki cacat-cacatnya, sekalipun dia berbuat dosa, selama dilakukan dengan bersembunyi.

Abul Haitsam sekretaris Uqbah bin 'Amir --salah seorang sahabat Nabi-- berkata: saya pernah berkata kepada Uqbah: saya mempunyai tetangga yang suka minum arak dan akan saya panggilkan polisi untuk menangkapnya. Maka kata Uqbah: Jangan! Tetapi nasehatilah mereka itu dan peringatkanlah. Abul Haitsam menjawab: Sudah saya larang tetapi mereka tidak mau berhenti, dan tetap akan saya panggilkan polisi untuk menangkapnya. Uqbah berkata: Celaka kamu! Jangan! Sebab saya pernah mendengar Rasulullah s.a.w. berkata:

"Barangsiapa menutupi suatu cacat, maka seolah-olah ia telah menghidupkan anak yang ditanam hidup-hidup dalam kuburnya." (Riwayat Abu Daud, Nasa'i, Ibnu Hibban)
Rasulullah s.a.w. menilai, bahwa menyelidiki cacat orang lain itu termasuk perbuatan orang munafik yang mengatakan beriman dengan lidahnya tetapi hatinya membenci. Kelak mereka akan dibebani dosa yang berat di hadapan Allah.

Dalam hadis Nabi yang diriwayatkan dari Ibnu Umar ia berkata: Rasulullah s.a.w, pernah naik mimbar kemudian menyeru dengan suara yang keras:

"Hai semua orang yang telah menyatakan beriman dengan lidahnya tetapi iman itu belum sampai ke dalam hatinya! Janganlah kamu menyakiti orang-orang Islam dan jangan kamu menyelidiki cacat-cacat mereka. Sebab barangsiapa menyelidiki cacat saudara muslim, maka Allah pun akan menyelidiki cacatnya sendiri; dan barangsiapa yang oleh Allah diselidiki cacatnya, maka Ia akan nampakkan kendatipun dalam perjalanan yang jauh." (Riwayat Tarmizi dan Ibnu Majah)
Maka demi melindungi kehormatan orang lain, Rasulullah s.a.w. mengharamkan dengan keras seseorang mengintip rumah orang lain tanpa izin; dan ia membenarkan pemilik rumah untuk melukainya. Seperti sabda Nabi:
"Barangsiapa mengintip rumah suatu kaum tanpa izin mereka, maka halal buat mereka untuk menusuk matanya." (Riwayat Bukhari dan Muslim)
Diharamkan juga mendengar-dengarkan omongan mereka tanpa sepengetahuan dan perkenannya. Sabda Nabi:

"Barangsiapa mendengar-dengarkan omongan suatu kaum; sedang mereka itu tidak suka, maka kelak di hari kiamat kedua telinganya akan dituangi cairan timah." (Riwayat Bukhari)
Al-Quran mewajibkan kepada setiap muslim yang berkunjung ke rumah kawan, supaya jangan masuk lebih dahulu, sehingga ia minta izin dan memberi salam kepada penghuninya.

Firman Allah:

"Hai orang-orang yang beriman! Jangan kamu masuk rumah selain rumah-rumah kamu sendiri, sehingga kamu minta izin lebih dahulu dan memberi salam kepada pemiliknya. Yang demikian itu lebih baik bagi kamu, supaya kamu ingat. Maka jika kamu tidak menjumpai seorang pun dalam rumah itu, maka jangan kamu masuk, sehingga kamu diberi izin. Dan jika dikatakan kepadamu: kembalilah! Maka kembalilah kamu. Yang demikian itu lebih bersih buat kamu, dan Allah Maha Menge tahui apa saja yang kamu kerjakan." (an-Nur: 27-28)
Di dalam hadis Nabi, juga dikatakan:

"Barangsiapa membuka tabir kemudian dia masukkan pandangannya sebelum diizinkan, maka sungguh dia telah melanggar suatu hukum yang tidak halal baginya untuk dikerjakan." (Riwayat Ahmad dan Tarmizi)
Nas-nas larangan tentang tajassus dan menyelidiki cacat orang lain ini meliputi hakim dan yang terhukum, seperti yang diterangkan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Mu'awiyah dari Rasulullah s.a.w. ia bersabda:

"Sesungguhnya kamu jika menyelidiki carat orang lain, berarti kamu telah merusak mereka atau setidak-tidaknya hampir- merusak mereka itu." (Riwayat Abu Daud dan ibnu Hibban)
Abu Umamah meriwayatkan dari Rasulullah s.a.w., ia bersabda:

"Sesungguhnya seorang kepala apabila mencari keraguraguan terhadap orang lain, maka ia telah merusak mereka." (Riwayat Abu Daud)

Ghibah (Mengumpat)

Keenam: Kita dilarang ghibah (mengumpat). Seperti firman Allah:
"Dan jangan sebagian kamu mengumpat sebagiannya." (al-Hujurat: 12)

Rasulullah s.a.w. berkehendak akan mempertajam pengertian ayat tersebut kepada sahabat-sahabatnya yang dimulai dengan cara tanya-jawab, sebagaimana tersebut di bawah ini:
"Bertanyalah Nabi kepada mereka: Tahukah kamu apakah yang disebut ghibah itu? Mereka menjawab: Allah dan RasulNya yang lebih tahu. Maka jawab Nabi, yaitu: Kamu membicarakan saudaramu tentang sesuatu yang ia tidak menyukainya. Kemudian Nabi ditanya: Bagaimana jika pada saudaraku itu terdapat apa yang saya katakan tadi? Rasulullah s.a.w. menjawab: Jika padanya terdapat apa yang kamu bicarakan itu, maka berarti kamu mengumpat dia, dan jika tidak seperti apa yang kamu bicarakan itu, maka berarti kamu telah menuduh dia." (Riwayat Muslim, Abu Daud, Tarmizi dan Nasa'i)

Manusia tidak suka kalau bentuknya, perangainya, nasabnya dan ciri-cirinya itu dibicarakan. Seperti tersebut dalam hadis berikut ini:
"Dari Aisyah ia berkata: saya pernah berkata kepada Nabi: kiranya engkau cukup (puas) dengan Shafiyah begini dan begini, yakni dia itu pendek, maka jawab Nabi: Sungguh engkau telah berkata suatu perkataan yang andaikata engkau campur dengan air laut niscaya akan bercampur." (Riwayat Abu Daud, Tarmizi dan Baihaqi)

Ghibah adalah keinginan untuk menghancurkan orang, suatu keinginan untuk menodai harga diri, kemuliaan dan kehormatan orang lain, sedang mereka itu tidak ada di hadapannya. Ini menunjukkan kelicikannya, sebab sama dengan menusuk dari belakang. Sikap semacam ini salah satu bentuk daripada penghancuran. Sebab pengumpatan ini berarti melawan orang yang tidak berdaya.

Ghibah disebut juga suatu ajakan merusak, sebab sedikit sekali orang yang lidahnya dapat selamat dari cela dan cerca.
Oleh karena itu tidak mengherankan, apabila al-Quran melukiskannya dalam bentuk tersendiri yang cukup dapat menggetarkan hati dan menumbuhkan perasaan.
Firman Allah:
"Dan jangan sebagian kamu mengumpat sebagiannya; apakah salah seorang di antara kamu suka makan daging bangkai saudaranya padahal mereka tidak menyukainya?!" (al-Hujurat: 12)
Setiap manusia pasti tidak suka makan daging manusia.
Maka bagaimana lagi kalau daging saudaranya? Dan bagaimana lagi kalau daging itu telah menjadi bangkai?

Nabi memperoleh pelukisan al-Quran ini ke dalam fikiran dan mendasar di dalam hati setiap ada kesempatan untuk itu.
Ibnu Mas'ud pernah berkata:
"Kami pernah berada di tempat Nabi s.a.w., tiba-tiba ada seorang laki-laki berdiri meninggalkan majlis, kemudian ada seorang laki-laki lain mengumpatnya sesudah dia tidak ada, maka kata Nabi kepada laki-laki ini: Berselilitlah kamu! Orang tersebut bertanya: Mengapa saya harus berselilit sedangkan saya tidak makan daging? Maka kata Nabi: Sesungguhnya engkau telah makan daging saudaramu." (Riwayat Thabarani dan rawi-rawinya rawi-rawi Bukhari)

Dan diriwayatkan pula oleh Jabir, ia berkata:
"Kami pernah di tempat Nabi s.a.w. kemudian menghembuslah angin berbau busuk. Lalu bertanyalah Nabi: Tahukah kamu angin apa ini? Ini adalah angin (bau) nya orang-orang yang mengumpat arang-orang mu'min." (Riwayat Ahmad dan rawi-rawinya kepercayaan)

MARILAH KITA JAUHI PERSENGKETAAN INI DENGAN

Mendamaikan Persengketaan
Kalau cuaca pertengkaran itu telah cerah kembali sesuai dengan keharusan bersaudara, maka bagi masyarakat Islam mempunyai kewajiban lain. Sebab sepanjang pengertian masyarakat Islam yaitu suatu masyarakat yang saling saling membantu dan saling menolong. Oleh karena itu tidak boleh sementara orang melihat saudaranya bertengkar dan saling membunuh, kemudian dia berdiri sebagai penonton, dan membiarkan api bertambah menyala dan kebakaran makin meluas. Bahkan setiap orang yang arif dan bijaksana serta ada kemampuan, harus terjun ke gelanggang guna mendamaikan persengketaan itu dengan niat semata-mata mencari kebenaran dan jauh dari pengaruh hawa nafsu. Seperti apa yang difirmankan Allah:

"... maka adakanlah perdamaian di antara saudara-saudaramu, dan takutlah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat." (al-Hujurat: 10)
Dalam salah satu hadisnya Rasulullah s.a.w. pernah menjelaskan tentang keutamaan mendamaikan ini, serta bahayanya pertentangan dan perpisahan. Sabda Rasulullah s.a.w.:

"Maukah kamu saya tunjukkan suatu perbuatan yang lebih utama daripada tingkatan keutamaan sembahyang, puasa dan sedekah? Mereka menjawab: Baiklah ya Rasulullah! Maka bersabdalah Rasulullah s.a.w.: yaitu mendamaikan persengketaan yang sedang terjadi; sebab kerusakan karena persengketaan berarti menggundul, saya tidak mengatakan menggundul rambut, tetapi menggundul agama." (Riwayat Tarmizi dan lain-lain)

Jangan Ada Suatu Golongan Memperolokkan Golongan Lain
Dalam ayat-ayat yang telah kami sebutkan terdahulu terdapat sejumlah hal yang dilarang oleh Allah, demi melindungi persaudaraan dan kehormatan manusia.

ADAB-ADAB TIDUR DAN DOANYA-


1. Berwudhu sebelom tidur.
2. Periksa pintu jendela makanan dan minuman / tempat air ditutup dengan membaca Basmallah.
3. Shalat sunnah 2 Rakaat.
4. Menghisap diri :
-. apakah ada amalan yang belom dikerjakan, maka segera dikerjakan.
-. apakah amalan kita lebih baik dari kemaren/tidak.
-. jangan membawa dendam jika ada saudara yang punya kesalahan kita maafkan jika ada yang punya hutang kita bebaskan(lunaskan) untuk malam itu dan besok ditagih lagi kalau memang blom sanggup membebaskan hutangnya maka hendaknya ditulis di kertas dan simpan dibawah bantal untuk memberi tahu ahli waris jika kita meninggal sehingga akan dilunasi.
5. Menyelesaikan dzikir pagi dan petang dan membaca surat penting spt: suarat AL-MULK, ASSAJADAH, AL-WAQIAH, (agar terhindar dari azab kubur dan dari kemiskinan terutama miskin iman) terus membaca surat AD-DHUKKHAN, AL-HADID dan 10 awal dari surat AL-KAHFI dan 10 ayat akhirnya. membaca tasbih fatimah (subhanallah 33kali, al-hamdulillah 33kali, allahu akbar 34kali, (agar dihilangkan rasa letih dan akan bangun dalam keadaan segar kembali).
6. Disunnahkan bercelak 3kali dimata kanan dan 2kali dimata kiri sambil membaca doa (AT-TAHRIM :8)
  robbana atmim lana nurona wagfirlana innaka a'la kulli say inqodir..
رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
7. Siapkan alas tidur dengan mengibaskannya/menyapukan sebanyak 3kali sambil membaca LAHAULA WALAA QUWATA ILLA BILLAH.. fadilahnya untuk terhindar dari kedengkian orang dan gangguan jin yang jahat.
8. Naik dengan kaki kanan sambil membaca takbir.
9. Niat bangun malam untuk melaksanakan shalat tahajud.
-. tidak boleh tidur hanya memakai selimut tanpa menggunakan busana.
-. membaca istigfar minimal 3kali.
10. Duduk berselunjur, menghadap kiblat dan membaca :
-. surat alfatihah dan 4 qul (untuk menghindarkan diri dari bahaya kecuali maut) lalu ditiupkan 3kali keseluruh tubuh (wajah juga ) kecuali telapak kaki dan kemaluan.
11. Doa untuk menyangkal sihir ;
qola Musa maa jiktum bihissihru innallaha sayubtiluh innallaha yuslihu 'amalalmufsidiin.....
12. Cara tidur ada 2 macam :
-. badan miring kekanan menghadap kiblat, tangan kanan dibawah pipi kanan, tangan kiri diatas pinggul dan kaki ujung diatas kaki kiri.
-. cara sahabat: terlentang dengan kepala kekanan ke 2 tangan diatas perut kaki kanan diatas kaki kiri.
13. Baca doa mau tidur (allahumma bismika amuutu wa ahyaa)
14. Apabila mimpi baik baca Alhamdulillah dan berdoa agar menjadi kenyataan dan boleh diceritakan dengan orang lain.
14. Bangun tidur baca Alhamdulillah 3kali dan baca doa :
''alhamdulillahilladzi ahyana ba'damaa amaatanaa wa ilaihinnusur...
dan sambil menggosokkan punggung tangan kemata agar rasa kantuk menghilang.

insya allah mari sama-sama kita amalkan...!!!

Selasa, 09 April 2013

Dimasa dakwah Pertama kali berkembang.


Maulana ilyas al-kandahlawy lahir pada 1303 H (1886) di desa kandahlah dikawasan Muzhar Nagar, Utara Parades, India. Maulana Ilyas Rah adalah anak dari Syaikh Ismail dan ibunya bernama Shafiyah al-hafidzah keluarga Mereka dikenal sebagai Gudang ilmu agama.
Abang tertua Maulana Ilyas Rah bernama Muhammad dan Muhammad Yahya. ayaha Maulana Ilyas Rah adalah seorang ruhaniwan besar yang sering menjalani hidup dengan ber Uzlah, berkhalwat dan beribadah, membaca al-qur’an serta mengajarkan ilmu-ilmu agama.
Maulana ilyas Rah ia pertama kali dalam menimba ilmu pada Kakeknya dan kakeknya adalah seorang penganut Mazhab Hanafi dan teman dari seorang Ulama terkenal yaitu Syaikh Abul hasan al-hasani An-Nadwi, sejak saat itulah Maulana ilyas Rah menghafal al-qur’an.
Sejak kecil Maulana ilyas Rah memiliki Ruh semangat dalam agama  sehingga beliau memiliki kerisauan terhadap Umat. Alamah Syaikhul hind (guru besar ilmu hadis pada Madrasah Daroel Ulum Deoband) mengatakan : “Sesungguhnya apabila aku melihat Maulana ilyas Rah aku teringat kisah perjuangan Para Sahabat.
Maulana Ilyas Rah menyertai kakaknya Muhammad Yahya untuk belajar agama kepada seorang Ulama besar dan pembaru yang ternama Yakni Syaikh Rasyid Ahmad al-Gangohi di Gangoh, Utara Paradesh . India. selama belajar disana Maulana ilyas Rah selalu menderita sakit hingga bertahun-tahun lamanya,. dan ia pernah diobati oleh seorang tabib Ustadz Mahmud putra dari Syaikh Gangohi sendiri merawatnya dengan baik. Sakit yang diderita Maulana Ilyas menyebabkan kegiatan belajarnya pun menurun, akan tetapi beliau tidak putus asa sedikitpun. banyaknya orang menyarankan agar beliau berhenti  belajar untuk sementara waktu tapi beliau menjawab.: “apa gunanya aku hidup jika dalam kebodohan.
Dengan izin Allah Maulana Ilyas dapat menyelesaikan pelajaran Hadis Syarif, jami’at tirmidzi dan sahih Bukhari, beliau juga sudah menyelesaikan Khutubus sittah dalam jangka waktu empat bulan.
Tubuhnya yang sering terserang sakit semakin membuat beliau bersemangat dalam menuntut ilmu. Begitu pula kerisauannya bertambah besar terhadap keadaan umat yang jauh dari syari’at Islam. Beliau akhirnya berkenalan dengan Syaikh Khalid Ahmad As-Sharanpuri penulis kitab Bajhul Majhud Fi Hilli Alfazhi Abi Dawud dan berguru kepadanya. Semakin bertambah ilmu yang dimiliki membuat beliau semakin tawaddu’ serta dihormati di kalangan para ulama dan masyaikh. Suatu ketika di Kandhla ada sebuah pertemuan yang dihadiri oleh ulama-ulama besar. Di antaranya terdapat nama Syaikh Abdurrahman Ar-Raipuri, Syaikh Khalil Ahmad As-Sharanpuri dan Syaikh Asyraf Ali At-Tanwi. Waktu itu tiba waktu shalat Ashar. Mereka meminta Maulana Ilyas untuk mengimami shalat tersebut. Setelah kematian kakaknya, Maulana Muhammad Yahya, pada 9 Agustus 1925, orang ramai meminta kepada Maulana Ilyas untuk menggantikan kakaknya di Nizamuddin. Waktu itu beliau sedang menjadi salah seorang pengajar di Madrasah Mazhahirul Ulum. Akhirnya, setelah mendapat izin dari Maulana Khalil Ahmad dengan pertimbangan jika tinggalnya di Nizamuddin membawa manfaat maka Maulana Ilyas diberi kesempatan untuk berhenti mengajar.
Beliau akhirnya pergi ke Nizamuddin, ke madarasah warisan ayahnya yang kosong akibat lama tidak dihuni. Dengan semangat mengajar yang tinggi beliau membuka kembali madrasah tersebut. Semangat yang tinggi untuk memajukan agama, beliau pun mendirikan Maktab di Mewat. Namun kondisi geografis yang agraris menyebabkan masyarakatnya lebih menyukai anak-anak mereka pergi ke kebun atau ke sawah daripada ke Madrasah atau Maktab untuk belajar agama, membaca atau menulis. Maulana Ilyas dengan terpaksa meminta orang Mewat untuk menyiapkan anak-anak mereka untuk belajar dengan biaya yang ditanggung oleh Maulana sendiri. Besarnya pengorbanan Maulana hanya untuk memajukan pendidikan agama bagi masyarakat tidak mendapatkan perhatian. Mereka enggan menuntut ilmu dan lebih senang hidup dalam kondisi yang sudah dijalani turun temurun. Melihat keadaan Mewat itu, semakin menambah kerisauan beliau akan keadaan umat Islam. Kunjungan-kunjungan diadakan bahkan madrasah-madrasah banyak didirikan, tetapi hal itu belum dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi masyarakat Mewat.
Maulana Muhammad Ilyas Al Kandahlawi
Penggagas Jamaah Tabligh
Maulana Muhammad Ilyas Al-Kandahlawy lahir pada tahun 1303 H (1886) di desa Kandahlah di kawasan Muzhafar Nagar, Utar Prades, India. Ayahnya bernama Syaikh Ismail dan Ibunya bernama Shafiyah Al-Hafidzah. Keluarga Maulana Muhammad Ilyas terkenal sebagai gudang ilmu agama. Saudaranya antara lain Maulana Muhammad yang tertua, dan Maulana Muhammad Yahya.
Ayah beliau, Syaikh Muhammad Ismail adalah seorang ruhaniwan besar yang suka menjalani hidup dengan ber-uzhlah, berkhalwat dan beribadah, membaca Alquran serta mengajarkan Alquran dan ilmu-ilmu agama. Adapun ibunda beliau, Shafiyah Al-Hafidzah, adalah seorang Hafidzah Alquran. Maulana Muhammad Ilyas pertama kali belajar agama pada kakeknya, Syaikh Muhammad Yahya. Beliau adalah seorang guru agama pada madrasah di kota kelahirannya. Kakeknya adalah penganut mazhab Hanafi dan teman dari seorang ulama dan penulis Islam terkenal, Syaikh Abul Hasan Al-Hasani An-Nadwi. Sejak saat itulah beliau mulai menghafal Alquran. Dari kecil telah tampak ruh dan semangat agama dalam dirinya. Beliau memilki kerisauan terhadap umat, agama dan dakwah. Sehingga Allamah Asy-Syaikh Mahmud Hasan yang dikenal sebagai Syaikhul Hind (guru besar ilmu Hadis pada madrasah Darul Ulum Deoband) pernah mengatakan, “sesungguhnya apabila aku melihat Maulana Ilyas aku teringat kisah perjuangan para sahabat.”
Pada suatu ketika saudaranya, Maulana Muhammad Yahya, pergi belajar kepada seorang alim besar dan pembaru yang ternama yakni Syaikh Rasyid Ahmad Al-Gangohi, di desa Gangoh, Utar Pradesh, India. Maulana Muhammad Yahya belajar membersihkan diri dan menyerap ilmu dengan bimbingan Syaikh Rasyid. Hal ini membuat Maulana Muhammad Ilyas tertarik untuk belajar pada Syaikh Rasyid sebagaimana kakaknya. Akhirnya Maulana Ilyas memutuskan untuk belajar agama menyertai kakaknya di Gangoh. Akan tetapi selama tinggal dan belajar di sana Maulana Ilyas selalu menderita sakit. Sakit ini ditanggungnya selama bertahun-tahun lamanya. Tabib Ustadz Mahmud Ahmad putra dari Syaikh Gangohi sendiri telah memberikan pengobatan dan perawatan pada beliau. Sakit yang dideritanya menyebabkan kegiatan belajarnya pun menurun, akan tetapi beliau tidak berputus asa. Banyak yang menyarankan agar beliau berhenti belajar untuk sementara waktu, tapi beliau menjawab, “apa gunanya aku hidup jika dalam kebodohan”.
Dengan izin Allah SWT, Maulana pun menyelesaikan pelajaran Hadis Syarif, Jami’at Tirmidzi dan Shahih Bukhari. Dan dalam jangka waktu empat bulan beliau sudah menyelesaikan Kutubus Sittah. Tubuhnya yang sering terserang sakit semakin membuat beliau bersemangat dalam menuntut ilmu. Begitu pula kerisauannya bertambah besar terhadap keadaan umat yang jauh dari syari’at Islam. Beliau akhirnya berkenalan dengan Syaikh Khalid Ahmad As-Sharanpuri penulis kitab Bajhul Majhud Fi Hilli Alfazhi Abi Dawud dan berguru kepadanya. Semakin bertambah ilmu yang dimiliki membuat beliau semakin tawaddu’ serta dihormati di kalangan para ulama dan masyaikh. Suatu ketika di Kandhla ada sebuah pertemuan yang dihadiri oleh ulama-ulama besar. Di antaranya terdapat nama Syaikh Abdurrahman Ar-Raipuri, Syaikh Khalil Ahmad As-Sharanpuri dan Syaikh Asyraf Ali At-Tanwi. Waktu itu tiba waktu shalat Ashar. Mereka meminta Maulana Ilyas untuk mengimami shalat tersebut. Setelah kematian kakaknya, Maulana Muhammad Yahya, pada 9 Agustus 1925, orang ramai meminta kepada Maulana Ilyas untuk menggantikan kakaknya di Nizamuddin. Waktu itu beliau sedang menjadi salah seorang pengajar di Madrasah Mazhahirul Ulum. Akhirnya, setelah mendapat izin dari Maulana Khalil Ahmad dengan pertimbangan jika tinggalnya di Nizamuddin membawa manfaat maka Maulana Ilyas diberi kesempatan untuk berhenti mengajar.
Beliau akhirnya pergi ke Nizamuddin, ke madarasah warisan ayahnya yang kosong akibat lama tidak dihuni. Dengan semangat mengajar yang tinggi beliau membuka kembali madrasah tersebut. Semangat yang tinggi untuk memajukan agama, beliau pun mendirikan Maktab di Mewat. Namun kondisi geografis yang agraris menyebabkan masyarakatnya lebih menyukai anak-anak mereka pergi ke kebun atau ke sawah daripada ke Madrasah atau Maktab untuk belajar agama, membaca atau menulis. Maulana Ilyas dengan terpaksa meminta orang Mewat untuk menyiapkan anak-anak mereka untuk belajar dengan biaya yang ditanggung oleh Maulana sendiri. Besarnya pengorbanan Maulana hanya untuk memajukan pendidikan agama bagi masyarakat tidak mendapatkan perhatian. Mereka enggan menuntut ilmu dan lebih senang hidup dalam kondisi yang sudah dijalani turun temurun. Melihat keadaan Mewat itu, semakin menambah kerisauan beliau akan keadaan umat Islam. Kunjungan-kunjungan diadakan bahkan madrasah-madrasah banyak didirikan, tetapi hal itu belum dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi masyarakat Mewat. Dengan izin Allah timbullah keinginannya untuk mengirimkan jamaah dakwah ke Mewat.
Pada tahun 1351 H/1931 M, beliau menunaikan haji yang ketiga ke Tanah Suci Makkah. Kesempatan tersebut dipergunakan untuk menemui tokoh-tokoh India yang ada di Arab guna mengenalkan usaha dakwah. Selama di Makkah, jamaah bergerak setiap hari sejak pagi sampai petang, usaha dakwah terus dilakukan untuk mengajak orang taat kepada perintah Allah. Dalam pandangan Maulana Muhammad Ilyas, dakwah merupakan kewajiban umat Nabi Muhammad SAW. Pada prinsipnya setiap orang yang mengaku mengikuti ajaran Nabi Muhammad memiliki kewajiban mendakwahkan ajarannya, yaitu agar selalu taat kepada Allah dengan cara yang telah dicontohkan Rasulullah. Sepulang dari haji, Maulana mengadakan dua kunjungan ke Mewat, masing-masing disertai jamaah dengan jumlah sekitar seratus orang. Dalam kunjungan tersebut beliau selalu membentuk jamaah-jamaah yang dikirim ke kampung-kampung untuk ber-jaulah (berkeliling dari rumah ke rumah) guna menyampaikan pentingnya agama. Beliau sepenuhnya yakin bahwa kebodohan, kelalaian serta hilangnya semangat agama dan jiwa keislaman itulah yang menjadi sumber kerusakan. Dari Mewat inilah secara berangsur-angsur usaha tabligh meluas ke Delhi, United Province, Punjab, Khurja, Aligarh, Agra, Bulandshar, Meerut, Panipat, Sonepat, Karnal, Rohtak dan daerah lainnya. Begitu juga di bandar-bandar pelabuhan banyak jamaah yang tinggal dan terus bergerak menuju tempat-tempat yang ditargetkan sepeti halnya daerah Asia Barat. Terbentuknya jamaah ini adalah dengan izin Allah melalui kerisauan seorang Maulana Muhammad Ilyas. Kemudian menyebarlah jamaah-jamaah tabligh yang membawa misi ganda yaitu ishlah diri (perbaikan diri sendiri) dan mendakwahkan kebesaran Allah SWT kepada seluruh umat manusia. Perkembangan jamaah ini semakin hari semakin tampak. Gerakan jamaah tidak hanya tersebar di India tetapi sedikit demi sedikit telah menyebar ke barbagai negara. Hanya kekuasaan Allah yang dapat memakmurkan dan membesarkan usaha ini.
Pada hari terakhir dalam sejarah hidupnya, Maulana mengirim utusan kepada Syaikhul Hadits Maulana Zakariya, Maulana Abdul Qodir Raipuri, dan Maulana Zafar Ahmad, bahwa beliau akan mengamanahkan kepercayaan sebagai amir jamaah kepada sahabat-sahabatnya seperti Hafidz Maqbul Hasan, Qozi Dawud, Mulvi Ihtisamul Hasan, Mulvi Muhammad Yusuf, Mulvi Inamul Hasan, Mulvi Sayyid Raza Hasan. Pada saat itu terpilihlah Mulvi Muhammad Yusuf sebagai pengganti Maulana Muhammad Ilyas dalam memimpin usaha dakwah dan tabligh. Pada sekitar bulan Juli 1944 beliau jatuh sakit yang cukup parah.
Kondisi tubuhnya yang lemah merupakan bukti bahwa beliau bersungguh-sungguh menghabiskan waktu mengembara dari satu tempat ke tempat lain bersama dengan jamaah untuk mendakwahkan kebesaran Allah. Akhirnya Maulana menghembuskan nafas terakhirnya, beliau pulang ke rahmatullah sebelum adzan Shubuh.
Beliau tidak banyak meninggalkan karya-karya tulisan tentang kerisauannya akan keadaan umat. Buah pikiran beliau dituang dalam lembar-lembar kertas surat yang dihimpun oleh Maulana Manzoor Nu’mani dengan judul Aur Un Ki Deeni Dawat yang ditujukan kepada para ulama dan seluruh umat Islam yang mengambil usaha dakwah ini.

MENGENAL MAULANA ILYAS RAH (amir jamaah tabligh pertama)

Bintang terlihat indah terang,
Saat dirimu datang,
Kau datang dengan harapan berjuang,
Namun kau ditolak dan dianggap dagang,
Disaat umat dalam kerosakan bukan kepalang,
Kau menangis rintih namun tetap tidak tenang,
Bagimu tiada rehat tiada masa lapang,
Dalam benakmu tertanam harapan menjulang,
Iaitu Islam yang dibawa rasulullah kembali pulang,
Walaupun ramai yang pincang,
Namun dia tetap teguh berjuang,
Inilah dia akhir zaman masa untuk turun padang,
Tentera Mahdi yang dibantu tentera Tamim bakal menang gemilang!
 
Assalamualaikum,
ramai yang bertanya padaku juga berkenaan pemuda Tamim yang disebut dalam hadis sebagai pembantu utama Imam Mahdi,dan apa benar Maulana Ilyas rah merangkap pemula gerakan dakwah terbesar dunia iaitu jemaah Tabligh adalah lelaki yang dimaksudkan itu dan apa benar dia berketurunan dari nasab Saidina Abu Bakar As-Siddiq?Insyallah dengan izin Allah dan ilmu serta kajian yang Allah BERIKAN akan ku cuba untuk jelaskan disini hal ini.
 
beberapa hadis berkenaan pemuda banu tamim :-
1)Sabda Nabi SAW,
“Pembawa bendera al-Mahdi adalah seorang laki-laki daripada suku bani Tamim yang datang dari Timur.”
2)Sabda Nabi SAW, “Orang ramai daripada Timur (Pemuda Bani Tamim dan pengikutnya benar-benar) akan muncul, kemudian menyerahkan kekuasaannya kepada al-Mahdi.”
3) Sabda Nabi SAW, “akan ada orang-orang yang keluar dari sebelah Timur, lalu mereka mempersiapkan segala urusan untuk al-Mahdi, yakni pemerintahnya.” (Ibnu Majah)
4)Telah mengeluarkan Tabrani dalam Al Ausat, dari Ibnu Umar bahwa Nabi SAW telah mengambil tangan Ali dan bersabda :
“Akan keluar dari sulbi ini pemuda(Ali) yang memenuhi dunia dengan keadilan (Imam Mahdi). Bilamana kamu melihat yang demikian itu, maka wajib kamu mencari Putera dari Bani Tamim(dari keturunan Abu Bakar), dia datang dari sebelah Timur dan dia adalah pemegang panji-panji Al Mahdi”. (dari kitab Al Hawi lil Fatawa oleh Imam Sayuti).
Siapa itu Abu Bakar dan apakah benar dia dari Bani Tamim?
Abu Bakar (bahasa Arab: أبو بكر الصديق, Abu Bakr ash-Shiddiq) (lahir: 572M – wafat: 23 Ogos 634M/21 Jumadil Akhir 13 H) termasuk di antara mereka yang paling awal memeluk Islam. Setelah Nabi Muhammad wafat, Abu Bakar menjadi khalifah Islam yang pertama pada tahun 632 M hingga tahun 634 M. Lahir dengan nama Abdullah bin Abi Quhafah(nama sebenar beliau), ia adalah satu diantara empat khalifah yang diberi gelar Khulafaur Rasyidin atau khalifah yang diberi petunjuk.
Nasab keturunan Abu Bakar r.a
Abu Bakar Ash-Shidiq atau Nama lengkapnya adalah ‘Abd Allah ibn ‘Utsman(Abu Quhafah) bin Amir bi Amru bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr al-Quraishi at-Tamimi‘. Bertemu nasabnya dengan nabi SAW pada moyangnya Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai.
Dan ibu dari abu Bakar adalah Ummu al-Khair salma binti Shakhr bin Amir bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim yang berarti ayah dan ibunya sama-sama dari kabilah bani Taim yakni mahsyur digelar Tamim.
Bukti lain menunjukkan Abu Bakar dari Banu Tamim
Aku teringat sebuah kisah yang setiap kali aku teringat,aku akan menangis,kisah ini diceritakan dalam kitab Fadhilat Amal dan juga terdapat dalam kitab-kitab lain iaitu dari riwayat Ali r.a.Dan kisahnya begini,
Ali bin Abi Thalib pernah bertanya kepada para sahabat ketika beliau memgang kuasa khalifah,
“Siapakah orang yg paling berani?”
jawab mereka,
“Engkau wahai Amirul Mukminin”
kemudian Ali berkata lagi,
” TIDAK! Orang yang paling berani adalah Abu Bakar As – Siddiq.
Demi Allah, aku pernah melihat Nabi Muhammad dikelilingi sekumpulan kaum kafir Quraisy yg sedang menarik dan mencemuh baginda ketika berdakwah di hadapan Kaabah, Sementara itu kami mengintip dari jauh.
Kemudian datanglah Abu Bakar menerpa orang-orang kafir tadi dan menghalang mereka menyakiti Rasulullah,beliau sangat kuat dan menolak semua orang disitu lalu berkata,
” Apakah engkau hendak membunuh org yg mengatakan Rabbku adalah Allah!?”
mendengarkan hal itu, mereka meninggalkan Rasulullah dan menerpa Abu Bakar. 
Kemudian Uqbah bin Abu Mu’ith datang, Abu Bakar di hentak ke tanah dan dibelasah teruk.Uqbah lantas membaling sandal dan memukul wajah Abu Bakar dgn sandal terus menerus sehinggakan wajah Abu Bakar jadi bengkak sampai tak boleh nak ketahui lagi bentuk hidungnya.Mengalir darah dr wajah Abu Bakar lalu pengsan!
Sejurus itu datanglah kabilah dari Bani Tamim.Mereka menjerit bahawa jika Abu Bakar mati,mereka akan isytiharkan perang!Dan Uqbah orang pertama akan dibunuh kerana dia yang paling banyak memukul beliau.(Bani Tamim punyai ramai pahlawan handal dan ditakuti kabilah Arab).
Mereka membawanya ke rumah dan menyangka Abu Bakar tidak akan mampu di selamatkan lagi.
⁠⁠
Mereka berkata kepada ibunya, “Jika dia terjaga dan masih hidup, maka berilah dia makan dan minum”
Setelah beberapa lama beliau koma,lalu beliau tersedar,dan kalimat pertama yg keluar dari lisan Abu Bakar adalah,
“Bagaimana keadaan Rasulullah?”
T_T cukup lah..aku tak mampu cerita lagi..sampai sini pun aku sudah menangis.
Jadi jelas bahawa banu Tamim adalah banu kepada Abu bakar r.a.
Aku juga teringat satu lagi kisah riwayat Abu Bakar sendiri yang pernah menceritakan pengislamannya kepada Ibnu Mas’ud,dan ini untuk tambahan dan penguat bahawa dia memang dari Bani Tamim.
Katanya, “Aku pernah ke Yaman dan berjumpa dengan seorang tua.Dia rajin membaca kitab dan telah mengajar banyak murid.Lalu dia berkata kepada ku:
Orang Tua : Saya rasa tuan datang dari Tanah Haram(Makkah)
Abu Bakar : Benar
Orang Tua : Apakah tuan berbangsa Quraisy?
Abu Bakar : Benar
Orang Tua : Apa yang saya lihat,Tuan ini dari keluarga Bani Tamim?
Abu Bakar : Benar
Orang Tua : Ada satu perkara yang ingin saya tanyakan kepada tuan iaitu jika tuan tidak keberatan,benarkan saya melihat perut tuan.
Abu Bakar : Saya tidak benarkan selagi tuan tidak perjelaskan niat sebenar tuan kepada ku.
Orang Tua : Sesungguhnya,menurut ilmu yang ada padaku,seorang Nabi Allah akan diutuskan di Tanah Haram. Nabi itu akan dibantu oleh 2 orang sahabatnya yang seorang masih muda dan seorang lagi sudah separuh umur.Sahabatnya yang muda itu berani berjuang dalam segenap lapangan dan menjadi pelindungnya dalam kesusahan.Sementara yang separuh umur itu putih kulitnya dan berbadan kurus,ada tahi lalat di perutnya dan ada sesuatu tanda di paha kirinya.Apakah sudi tuan memperlihatkannya kepadaku.
Lalu Abu Bakar membuka bajunya dan memperlihatkan tahi lalat di perutnya.
Orang Tua : Demi Tuhan yang menguasai Kaabah,tuanlah orangnya!”
Jadi jelas sekali tanpa ragu bahawa beliau adalah pemuda Tamim dan pembantu Rasulullah ketika hidupnya dan anak cucunya pembantu anak cucu Rasulullah iaitu Imam Mahdi.
Kenapa Banu Tamim datang dari Timur bukan dari negara Arab?
Tanah arab atau kita gelar sebagai Hijjaz memang didiami oleh keluarga Rasulullah,keluarga para Sahabat dan orang Quraisy sejak zaman Rasulullah hinggalah Allah datangkan fitnah dajjal yakni tentera Wahabi/Salafi yang membunuh dan mengusir keluarga Rasulullah dan bani Tamim dari Hijjaz.
Bani Tamim itu tidak lagi mendiami Hijaz karena telah dihalau keluar oleh pemerintahan Bani Saud al-Wahhabi yang kini memerintah di Arab Saudi seperti yang telah ku ulang beberapa kali di post sebelum ini. Banyak pula yang dibunuh. Tidak kurang yang disiksa dan dihalau keluar dari tanah tumpah darah mereka,yaitu Hijaz. Banyak pula yang terpaksa lari menyelamatkan diri karena diburu oleh agen-agen kerajaan Saudi.
Pengusiran keluarga Nabi dan orang Quraisy oleh tentera Dajjal(Wahabi) ini telah dirakamkan dalam hadis Rasulullah saw yang berbunyi,
Dari Ibnu Mas”ud RA, katanya, “ketika kami berada di sisi Rasullah SAW, tiba-tiba datang sekumpulan anak muda dari kalangan Bani Hasyim. Apabila terlihat mereka, maka kedua-dua mata banginda SAW dilinangi air mata dan wajah baginda berubah. Aku pun bertanya, “Mengapakah kami melihat pada wajah Tuan sesuatu yang tidak kami sukai?” Baginda menjawab, “Kami Ahlul Bait telah Allah pilih untuk kami akhirat lebih dari dunia. Kaum kerabatku akan menerima bencana dari penyingkiran selepasku kelak sehinggalah datang suatu kaum dari Timur yang membawa bersama-sama mereka Panji-panji Hitam. Mereka meminta kebaikan tetapi tidak diberikannya, maka mereka pun berjuang dan beroleh kejayaan lalu diberikanlah apa yang mereka minta itu tetapi mereka tidak menerima sehinggalan mereka menyerahkannya kepada seorang lelaki dari kaum kerabatku yang akan memenuhkan bumi ini dengan keadilan seperti halnya bumi ini dipenuhi dengan kedurjanaan sebelumnya. Sesiapa yang sempat menemuinya, maka datangilah mereka itu, walaupun terpaksa merangkak di atas salji. Sesungguhnya dia adalah al-Mahdi.”(Ibnu Majah)
Jadi jelas sekali ia telah berlaku dan Imam Mahdi serta pengikutnya serta pemuda Banu Tamim akan menguasai semula Mekah dan menghalau puak-puak Wahabi/Salafi dan Bani Sa’ud yang memegang pemerintahan Mekah pada masa ini.
Bahkan jika dilihat secara logik,ahli keluarga Rasulullah seperti Habib Umar di Yaman dan keluarga bani Tamim dari Khandahlawi,India adalah pemegang kuat fahaman Tasawwuf dan Tareqat yang diharamkan Wahabi dan ada yang menghukum kafir kepada pengamal ilmu Tasawuf seperti Maulana Zakariyya Khandahlawi At-Tamimi merupakan syeikh besar dalam Tareqat Chisty yang juga merangkap Tareqat yang aku amalkan di bawah sanad murid beliau.
Keluarga Nabi dan Tamim ini diusir dan mereka bertebaran di seluruh dunia.Ada yang lari ke India,Yaman,dan banyak pula yang menetap di Nusantara.Tambahan lagi,para Habib,ulama Yaman(keluarga Rasulullah) dan ulama Deobandi,India(keluarga Tamim) adalah ulama yang terkenal dengan pengamalan tradisi mereka yang mengekalkan sistem pengajaran secara Madrasah(cara yang paling mendekati Rasulullah),bukan Universiti yang mendekati cara Yahudi.
Mereka juga ulama yang paling kuat berpegang kepada Sunnah Rasulullah berbanding ulama tempat lain yang tidak mahu beramal dengan Sunnah Nabi atas alasan ‘Strategi Dakwah’,mereka tidak mahu bercelak,berserban,berjubah dan lebih selesa memakai kot hitam seperti Rabbi Yahudi,lihat saja ulama-ulama muda zaman ini yang sangat cintakan budaya Yahudi sambil melaungkan,
‘Iman bukan pada pakaian’
Sedangkan jelas sekali bahawa Imam Mahdi dan pengikutnya itu bukan pemakai kot dan bersongkok seperti Imam Muda TV9 atau pemakai baju ‘Muslimin United’ atau ‘Islam inside’ seperti ikhwah-ikhwah usrah,bukan juga berbaju Melayu seperti orang Melayu tapi mereka berjubah,berserban dan berselendang seperti Nabi mereka.
Aku tinggalkan persoalan itu untuk kalian yang mempunyai AKAL untuk berfikir……
Selain daripada Hadis,dikatakan juga pemuda Tamim nanti memakai serban biru.Mungkin serban biru itu tidak selalu dipakainya, cuma sekali-sekali saja. Namun begitu, ini sudah cukup menjadi bukti bahwa hanya beliau yang sanggup memakai serban biru. Ulama lain ketika itu, terutama ulama fiqh, sudah tidak sanggup lagi meletakkan serban di atas kepala sebagai pakaian harian, apalagi untuk memakai serban yang berwarna biru,hitam atau hijau.
Pernyataan ini bukan datang dari hadis Nabi SAW atau dari tabiin, tetapi datang dari ramalan Nostradamus, seorang peramal bangsa Perancis yang terkenal itu. Oleh itu, ramalan beliau ini boleh dijadikan sebagai sumber tambahan saja, bukan untuk dipercayai, apalagi untuk diyakini, walaupun MUNGKIN benar kerana tidak bercanggahan dengan apa yang nabi ceritakan.
Siapa pula Maulana Ilyas Khandahlawi?
Perlu diketahui bahawa pemula gerakan Islam terbesar dalam dunia ini dimulakan oleh seorang lelaki dari TIMUR bumi dan berketurunan BANI TAMIM iaitu Maulana Muhammad Ilyas Al-Kandahlawy.
Beliau lahir pada tahun 1303 Hijrah (1886 M) di perkampungan Kandahlah di kawasan Muzhafar Nagar, Uttar Pradesh, India.Ayahnya bernama Syaikh Ismail dan ibunya bernama Shafiyah Al-Hafidzah. Keluarga Maulana Muhammad Ilyas terkenal sebagai gudang ilmu agama dan memiliki sifat warak,semua ahli keluarganya dari keturunannya adalah Ulama dan para Huffaz Al-Quran.
Maulana Muhammad Ilyas Al-Kandhahlawy juga adalah daripada keturunan Hazrat Abu Bakar as-Siddiq r.a, seorang sahabat Rasulullah s.a.w. Maulana Muhammad Ilyas pertama kali belajar agama pada abangnya Syaikh Muhammad Yahya, beliau adalah seorang guru agama di madrasah di kota kelahirannya. Abangnya adalah seorang pengikut mazhab Hanafi dan sahabat daripada seorang ulama dan penulis Islam terkenal, Syaikh Abul Hasan Al-Hasani An-Nadwi yang merupakan seorang pengarah kepada lembaga Dar Al-‘Ulum di Lucknow, India.
Pada suatu ketika saudara keduanya, iaitu Maulana Muhammad Yahya pergi belajar kepada seorang alim besar dan pembaharu yang ternama yakni Syaikh Rasyid Ahmad Al-Gangohi, di desa Gangoh, kawasan Saharanpur,Uttar Pradesh,India(Alhamdulillah aku telah sampai ke situ pada tahun 2009 dan Insyaallah aku akan ceritakan pengalamanku disana).
Maulana Muhammad Yahya belajar membersihkan diri dan menyerap ilmu tasawuf dengan bimbingan Syaikh Rasyid Ganggohi. Hal ini pula yang membuat Maulana Muhammad Ilyas tertarik untuk belajar pada Syaikh Rasyid sebagaimana abangnya. Akhirnya Maulana Ilyas memutuskan untuk belajar agama menyertai abangnya di Gangoh.
Setelah menyelesaikan pelajaran Hadis Syarif, Jami’at Tirmidzi dan Shahih Bukhari, dan dalam jangka waktu empat bulan beliau sudah menyelesaikan Kutubus Sittah(6 kitab Hadis yang Sahih iaitu Bukhari,Muslim,Tirmizi,Abu Daud,Ibn Majah,Nasa’I) .
Tubuhnya yang kurus dan sering terserang sakit semakin membuat beliau bersemangat dalam menuntut ilmu, begitu pula kerisauannya yang bertambah besar terhadap keadaan umat yang jauh daripada syariat Islam.
Besarnya pengorbanan Maulana hanya untuk memajukan pendidikan agama bagi masyarakat Mewat,India tidak mendapatkan perhatian. Bahkan mereka enggan menuntut ilmu dan suka hidup dalam kejahilan, mereka senang hidup dalam keadaan yang sudah mereka jalani selama bertahun-tahun turun temurun.
Beliau melihat bahawa kejahilan, kegelapan dan sekularisme yang melanda negerinya sangat berpengaruh terhadap madrasah-madrasah. Para murid tidak mampu menjunjung nilai-nilai agama sebagaimana yang sepatutnya, sehingga gelombang kejahilan semakin melanda bagaikan gelombang lautan yang meluru deras sehingga ratusan mil membawa mereka hanyut.
Melihat keadaan Mewat yang sangat jahil itu semakin menambah kerisauan beliau akan keadaan umat Islam terutama masyarakat Mewat. Kunjungan-kunjungan dilakukannya bahkan madrasah-madrasah banyak didirikan, tetapi hal itu belum dapat mengatasi masalah yang dihadapi masyarakat Mewat.
Pada tahun 1351 H/1931 M, beliau menunaikan haji ke tanah suci Mekah. Kesempatan tersebut dipergunakannya untuk menemui tokoh-tokoh India yang ada di Arab untuk memperkenalkan usaha dakwah dan dengan harapan agar usaha ini dapat terus dijalankan di tanah Arab.
Keinginannya yang besar menyebabkan beliau berkesempatan menemui Sultan Ibnu Sa’ud yang menjadi raja tanah Arab untuk mengenalkan usaha dakwah seperti Rasulullah mulia yang dibawanya. Selama di tanah Mekah, jamaah bergerak setiap hari dari pagi sampai petang, usaha dakwah terus dilakukan untuk mengajak orang taat kepada perintah Allah dan menegakkan dakwah.
Setelah pulang dari haji tersebut, Maulana mengadakan dua kunjungan ke Mewat, masing-masing disertai jamaah dengan jumlah yang cukup besar, paling sedikit seratus orang. Bahkan di beberapa tempat jumlah itu semakin meningkat. Kunjungan pertama dilakukan selama satu bulan dan kunjungan ke dua dilakukan hanya beberapa hari saja. Dalam kunjungan tersebut beliau selalu membentuk jamaah-jamaah yang dikirimkan ke kampung-kampung untuk berjaulah (berkeliling dari rumah ke rumah seperti yang dilakukan jemaah Tabligh sedunia) untuk menyampaikan pentingnya agama. Beliau sepenuhnya yakin bahawa kejahilan, kelalaian serta hilangnya semangat agama dan jiwa keislaman itulah yang menjadi sumber kerosakan.
Dari Mewat inilah secara beransur-ansur usaha tabligh meluas ke Delhi, Punjab, Khurja, Aligarh, Agra, Bulandshar, Meerut, Panipat, Sonepat, Karnal, Rohtak dan daerah lainnya. Begitu juga di bandar-bandar pelabuhan banyak jamaah yang tinggal dan terus bergerak menuju tempat-tempat yang ditujukan sepeti halnya daerah Asia Barat.
Terbentuknya jamaah ini adalah dengan izin Allah melalui asbab kerisauan Maulana Muhammad Ilyas, tersebarlah jamaah-jamaah yang membawa misi berganda, iaitu islah diri (perbaikan diri sendiri) dan mendakwahkan kebesaran Allah s.w.t kepada seluruh umat manusia.
Perkembangan jemaah ini semakin hari semakin ketara. Banyak jamaah yang dihantar dari tempat-tempat yang dikunjungi jamaah, kemudian membentuk rombongan jamaah baru sehingga silaturrahim antara kaum muslimin dengan muslim yang lain dapat terwujud. Gerakan jamaah tidak hanya tersebar di India tetapi sedikit demi sedikit telah menyebar ke pelbagai negara di seluruh dunia dan Malaysia tidak terkecuali dan aku Alhamdulillah telah dipilih Allah sebagai salah satu pejuangnya dan aku mengajak kalian agar bergabung denganku mendakwahkan agama ini.
Buah fikiran beliau dicurahkan dalam lembar-lembar kertas surat yang dihimpun oleh Maulana Manzoor Nu’mani dengan judul Aur Un Ki Deeni Dawat yang ditujukan kepada para ulama dan seluruh umat Islam yang mengambil usaha dakwah ini.
Karya beliau yang paling nyata adalah beliau telah meninggalkan kerisauan dan fikir atas umat Islam hari ini serta metod kerja dakwahnya yang atas izin Allah s.w.t telah menyebar ke seluruh pelosok dunia. Orang-orang yang mengetahui keadaan umat, insya-Allah akan mengambil jalan dakwah ini sebagai penawar dan ubat hatinya, dan akan menjadi sebab hadirnya hidayah bagi dirinya dan orang lain.
Akhirnya Maulana menghembuskan nafas terakhirnya; beliau pulang ke rahmatullah sebelum azan Subuh. Beliau merupakan seorang pengembara yang mungkin tidak pernah tidur dengan tenang, kini sampai ke tempat tujuannya. Beliau meninggalkan karya-karya tulisan tentang kerisauannya akan keadaan ummah